tinggi badan messi

2024-10-09 05:48:40  Source:tinggi badan messi   

tinggi badan messi,erek erek korek,tinggi badan messiJakarta, CNN Indonesia--

Akhirnya saya memahami mengapa film yang kini berjudul Thaghut ini semula diberi tajuk "Kiblat", lengkap dengan posternya yang mengundang kontroversi dan membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) buka suara.

Bila permasalahannya adalah soal diksi, saya merasa "Kiblat" lebih mewakili pesan dari cerita film yang ditulis oleh Lele Laila dan digarap oleh Bobby Prasetyo ini.

Lihat Juga :
Sinopsis Thaghut, Fakta Horor di Balik Sosok Abah

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun untuk Thaghut, saya merasa Lele Laila punya cara tersendiri dalam menyajikan dan mengeksplorasi horor religi. Salah satu yang paling saya suka dalam film ini adalah kala ia menempatkan adegan-adegan sederhana yang relate dengan komunitas Muslim di Indonesia.

Pada bagian itulah saya merasa gagasan film ini disalahartikan hingga menimbulkan kontroversi, apalagi ditambah dengan judul "Kiblat" dan posternya yang nyentrik sehingga menyinggung sebagian orang.

Thagut mengisahkan perjalanan horor yang dialami seorang santriwati saat menemukan bahwa ayahnya yang dikira sudah meninggal selama ini ternyata masih hidup, dan adalah 'orang pintar'.Review film Thaghut:naskah Lele Laila sangat terpengaruh dari film-film horor dekade '80-an atau '90-an alias pada masa Orde Baru. (dok. Leo Pictures via IMDb)

Padahal, gagasan-gagasan bikin merinding seperti saat salat sendirian bagai 'ada yang mendampingi', ataupun menemukan hal mengagetkan saat menengok salam, adalah perbincangan yang sudah saya temukan di masyarakat sejak lama.

Pilihan Redaksi
  • MUI Minta Film Kiblat Dilarang Tayang, Sindir Agama Dipakai Demi Cuan
  • Deret Kontroversi Film Kiblat: Poster hingga Teguran MUI
  • Film Kiblat Minta Maaf ke MUI, Bakal Ganti Judul dan Poster

Apakah ketika kemudian hal yang dirasakan oleh masyarakat tersebut diangkat dalam bentuk film -- mengingat film juga adalah potret sosial budaya masyarakat pada zamannya-- menjadi sebuah hal yang salah?

Lagipula, Lele tak sendirian. Joko Anwar pernah menggunakan hal serupa dalam Pengabdi Setan 2: Communion. Dan bagi saya, imaji tersebut merupakan bagian dari proses kreativitas seorang sineas dalam meramu film.

Meski begitu, Thaghut sejatinya tidak seliberal itu.

Bagi saya, naskah Lele Laila sangat terpengaruh dari film-film horor dekade '80-an atau '90-an alias pada masa Orde Baru, di mana kebaikan dan agama sudah dipastikan menang yang terlihat dari banyak 'ceramah' di dalamnya serta akhir yang bahagia.

Pilihan Lela tersebut sah-sah saja, dan menjadi pengingat bahwa Indonesia pernah mengalami fase di mana nyaris semua film horornya memiliki plot yang serupa.

Hanya saja, Lele tampaknya harus lebih membumikan kembali kalimat percakapan yang menjadi wadah materi agama dalam film ini. Jujur saja, kalimat-kalimat tersebut terasa cringe.

Belum lagi dengan lapisan-lapisan cerita yang coba dijabarkan oleh Lele untuk menunjukkan permasalahan utama. Ditambah dengan penampilan akting yang tak terlalu spesial, 100 menit dari Thaghut terasa begitu lama.

Thagut mengisahkan perjalanan horor yang dialami seorang santriwati saat menemukan bahwa ayahnya yang dikira sudah meninggal selama ini ternyata masih hidup, dan adalah 'orang pintar'.Review film Thaghut:Yasmin Napper lebih bagus saat berakting kesurupan, serius. (dok. Leo Pictures via IMDb)

Yasmin Napper lebih bagus saat berakting kesurupan, serius. Bagi saya, ia lebih menjiwai pada saat adegan itu apalagi dengan tim tata rias dan kostum yang sungguh bekerja dengan baik menampilkan Ainun versi jahat.

Pilihan Redaksi
  • Review Film: Hijack 1971
  • Review Film: Pilot
  • Review Film: Alien - Romulus
  • Review Film: Kang Mak (from Pee Mak)
  • Review Film: Blue Lock - Episode Nagi

Setelah saya menyukai performa dalam Ancika: Dia yang Bersamaku 1995, Arbani Yasiz terasa tenggelam dalam Thaghut akibat kalimat-kalimat 'berat' yang ia bawakan di film ini. Apalagi, karakternya kaku dan baru terkesan bahagia di ujung film.

Arbani seolah hanya membawakan kalimat-kalimat bijak ala dai tersebut hanyalah sekadar akting semata, tanpa benar-benar memahami nilai yang dibawa dalam kalimat-kalimat 'super' tersebut.

Sementara itu, Ria Ricis is Ria Ricis. Entah karena memang disengaja memilih Ria Ricis untuk Rini atau karakter Rini ada untuk Ricis, yang jelas ia tak pernah bisa lepas dari "segala hal dikontenin". Bahkan dalam film.

Meski begitu, saya melihat Ria Ricis berusaha keras dalam membawakan Rini, mulai dari ekspresi hingga logat dan usahanya cukup mewarnai film yang memiliki visual memanjakan mata ini.

Bukan pemeran utama, Dennis Adhiswara dan Keanu Azka bagi saya justru berperan sangat penting dalam terbangunnya jalan cerita Thaghut. Tanpa kemunculan dan performa mereka, saya ragu Thaghut punya konflik yang cukup berbobot.

Sementara itu, saya merasa sutradara Bobby Prasetyo cukup baik dalam meramu bahan-bahan yang ada untuk menampilkan Thaghut, mulai dari pilihan tone, pencahayaan, sinematografinya, hingga detail-detail yang tersaji di layar.

[Gambas:Youtube]



Hanya saja memang Bobby dan Lele Laila tampak perlu lebih menggodok naskah Thaghut ini karena ada banyak hal dalam naskah yang masih bisa dieksplorasi ataupun dipertajam hingga meninggalkan kesan bagi penonton.

Selain itu, saya mungkin akan lebih memilih meminimalkan unsur scoringdalam Thaghut, agar bisa lebih menonjolkan kengerian dari set yang sudah dirancang dengan sangat apik oleh tim desain produksi, serta dari sinematografi yang dramatis.

Terlepas dari itu semua, saya bersyukur Thaghut menarik perhatian di awal karena kontroversinya. Bila bukan karena mengundang amarah sebagian orang, film ini tak mungkin membuat saya tergerak ke bioskop dan malah mengenang film horor klasik Indonesia.

[Gambas:Video CNN]



(end/end)

Read more